Rabu, 14 Mei 2008

resensi novel tapol

Mengungkap Kaum yang Terpinggirkan Itu


BAGI masyarakat yang kini berusia di atas 30 tahun, pasti bisa membayangkan betapa ‘cap terlibat G30S/PKI’ bagaikan hantu bergentayangan yang sangat menakutkan di zaman Orde Baru. Labelling ‘PKI’ pernah menjadikan berjuta rakyat Indonesia hidup dalam kenistaan dan kesengsaraan sebagai warga negara. Kepada mereka diberlakukan istilah politis bersih lingkungan yang sangat menghambat aktivitas dan ruang gerak.

Keluarga yang memiliki anggota terlibat apalagi tokoh G30S/PKI, akan mendapat cemoohan masyarakat dan terpinggirkan dari kegiatan itu. Demikian pula anak-anak yang ketika peristiwa itu terjadi masih balita atau bahkan masih di kandungan — harus ikut menanggung ‘kesalahan’ orangtuanya.

Oleh karena itu, tokoh Lastri dalam novel ini memilih mengatakan kepada dua anaknya: Mirah (tahun 1965 ketika peristiwa terjadi baru berusia 4 tahun) dan Hernowo (ketika bapaknya diculik melalui Operasi Kalong, masih dalam kandungan) — bahwa bapaknya sudah meninggal. Bahkan mengganti nama dari Kardjono menjadi Supardi.

Kesengsaraan demi kesengsaraan dilukiskan melalui Lastri sebagai istri seorang komandan Angkatan Udara yang menjadi tahanan politik (tapol). Kemudian meluas pada penderitaan dan tekanan batin dua anaknya. Mirah (anak perempuannya) tumbuh menjadi gadis yang penuh gejolak, aktivis LSM yang mengkritisi kebijakan pemerintah.

Dalam jalinan kisah inilah pengarang mengolah data yang didasari fakta sejarah yang dirangkai seperti potret tragedi manusia dalam peristiwa bersejarah di Indonesia G30S/PKI 1965. Berkat penggalian data sejarah melalui pelbagai literatur, buku ini (mungkin) juga dimaksudkan sebagai pelurusan sejarah yang selama ini diduga telah diputarbalikkan — seperti yang dikemas dalam buku pelajaran sejarah untuk konsumsi sekolah formal. Untuk referensi penulis memang membaca buku sejenis Menyingkap Kabut Halim 1965,landreform dan Gerakan Protes Petani Klaten 1959-1965, Pledoi Oemar Dani, juga buku-buku karangan Dr H Soebandrio, AH Nasution, dll. Bahkan, menggunakan keterangan Wakil Sekjen Gerwani, Sulami.

Karena itulah, setting cerita dengan lokasi Jakarta, Yogya, Klaten, Madiun bisa dijalin dengan gamblang. Sehingga sebagai novel, karya Ngarto Februana ini enak dibaca. Dengan tebal 175 halaman, membuat orang tidak awang-awangen untuk membaca. Dari bahasa yang cukup ngepop mengalirlah menjadi kalimat rancak. Penulis terasa sangat menghayati substansi novel. Hal itu bisa dilihat dari nuansa emosi yang ‘dilekatkan’ pada tokoh-tokoh.

Bagi pembaca yang belum cukup dewasa (mungkin level SLP/SMU), apa yang ditulis dalam novel ini bisa jadi akan ditelan mentah. Pada halaman 85-90, misalnya, yakni bab VI dengan judul Menganut Komunisme — memuat (seolah) kutipan dari suasana diskusi metodologi marxisme, ideologi kiri, leninisme, komunisme, dan sejenisnya. Nah, bagi pembaca dewasa pun bab ini cukup provokatif. Sehingga apa jadinya bila dibaca oleh kalangan teenager — level SLP/SMU, misalnya. Agar tidak tertelan mentah-mentah, agaknya pembaca muda ini perlu pendampingan. Ini mengingat bukankah seumur kalangan teenager selama ini ‘menelan’ buku-buku sejarah produk Orba yang merupakan kontroversi dari novel ini? Hal itu perlu dipahami bersama agar novel ini tetap menjadi referensi atas perubahan sejarah, namun bukan menebarkan benih pergolakan baru.

Novel ini memang happy ending bagaikan kisah kumpuling balung pisah. Meski dalam ‘pertemuan keluarga’ yang dilukiskan sangat haru dan bahagia itu, penulis nampak memaksakan logika. Mungkin seperti dalam sinetron atau telenovela itulah. Sebab, sang tapol (Kardjono alias Djon) yang kemudian jadi pemulung, jatuh sakit dan dirawat oleh Mirah (kebetulan anaknya), lalu dibawa pulang dan ketemu Lastri (istrinya)...

Namun, novel yang pernah dipresentasikan dalam program Penulisan Novel Majelis Sastra Asia Tenggara (Mastera) 2001 ini memang diperhitungkan menjadi salah satu dari sekian banyak novel serupa yang agaknya tengah menjadi trend tersendiri di zaman reformasi ini.(Esti Susilarti)-o

Judul : Tapol

Penulis : Ngarto Februana

Penerbit : Media Pressindo Yogyakarta

Cetakan : I, September 2002

Tebal : Viii + 175 halaman..

novel desing kalbu

Bagaimana rasanya membaca novel yang ngomongin HI? Akankah menjadi membosankan seperti melihat portalHI? Pasti status ‘FreakHI’ akan menempel buat yang membaca novel ini. Namun benarkah demikian? Novel karya Musa Maliki, Desing Kalbu membalikkan semua anggapan di atas. HI juga bisa dibuat asik dan seru, apalagi ada bumbu romatisme cintanya. Ngomongin HI bisa menjadi lucu dan menyenangkan, bahkan kadang-kadang menjorok ke pornografi. Ya, itulah Desing Kalbu. Dalam resensi ini, penulis berusaha menggali secara singkat cerita dalam novel ini, kemudian membahas sisi positif dan negatif dari novel ini dan terakhir memberikan penilaian dalam skala 1-5.

Novel ini bercerita mengenai kehidupan seorang mahasiswa Hubungan Internasional University of Selokan yang bernama Bayu. ia menceritakan masa kecilnya hingga ia berkuliah di universitas. Ia sering disebut ‘bodho’ pada masa kecil karena ia selalu mendapat nilai jelek di sekolahnya. Namun, ia memberontak terhadap ejekan tersebut hingga ia menjadi mahasiswa dengan IP 4,00 dalam beberapa semester. Tak hanya pintar, Bayu pun memiliki tubuh yang cukup diidolakan oleh wanita: atletis, tinggi dan ganteng.

Masuk pada bab II, dunia HI-nya mulai masuk secara kuat. Dimulai dengan percakapan Bayu dengan Leni, teman kuliah Bayu, mengenai penetrasi budaya Jawa dalam hubungan internasional. Leni ingin mendobrak pemikiran yang selama ini terdogma dalam hubungan internasional bahwa HI jauh dari dunia budaya. Ini terlihat dalam percakapan mereka:
“Nek slametan digawa nang level internasional, kan jadi bahan eksperimen sing apik dan keren abis. Jadi, slametan ini mencampuradukkan semua kalangan, melimpahruahkan semua golongan….. Itulah salah satu pencegahan konflik dan cara ampuhnya wong Jawa dalam meredakan peperangan dan sekat-sekat perbedaan yang bisa menjadi bom waktu”.

Tak hanya Leni, sosok Bayu pun mulai memperkenalkan pemikiran mengenai modernisme dalam HI. Ia memberi contoh bagaimana modernisme adalah refleksi dari sistem internasional yang anarki dan konfliktual.
“… Modernitas membentuk manusia menjadi mesin-mesin satu dimensi. Pikiran mereka bisa ditebak: regularitas, ekonomis, kuasa, efektif, efisien, dan hura-hura, sex, modernitas dan kehidupan sosial… Mereka pikir itu bullshit dan utopia.”
Hegemoni AS, topik yang sangat sering dibahas oleh mahasiswa HI, juga tak ketinggalan dibahas oleh Bayu. Ia sangat gatal ketika para orang-orang yang mengaku akademisi HI hanya meneliti kekuatan AS tanpa melakukan perubahan kritis. “..AS dibiarkan tetep nakal. Kenakalannya cuma untuk dilihat-lihat saja. Bahkan para intelektual, cendekiawan, dan para pengamat hanya mengais-ngais fenomena kenakalan AS melalui teorinya, metodologinya, dan pendekatannya thok. Mereka asik dengan ngais-ngais itu”.

Novel ini berusaha untuk mendobrak batas-batas pikiran yang selama ini dibuat dalam kehidupan akademisi HI. Sosok Bayu disini sangat kesal dengan komunitas HI yang tidak bisa mengakomodasi pemikiran-pemikiran baru dalam HI. Begitu banyak akademisi HI yang masih terkekang dengan dogma-dogma tertentu seperti realisme, positivisme dll. Seperti yang dikatakannya:
“Sudah menjadi rutinitas di mana tiap pagi kita diputarkan nyanyian-nyanyian tentang negara-bangsa, kedaulatan, perspektif realis, idealis, aktor rasional, metode behavioralisme, positivisme, dan segala macam organisasi dunia. Kita gak pernah diberi wacana tentang relasi pengetahuan dengan kuasa, tentang bagaimana Jepang memindahkan konsep security-nya pada film animasi, teknologi, game Ragnarok, play station, dan perangkat budaya Jepang lainnya. Kita juga belum diajarkan tentang analisis teks Green Day, Sum 41, musik rock helloween, dan Queen yang bisa dijadikan sebagai new movement trus dimaknai sebagai kekuatan alias power dunia internasonal yang bernuansa budaya-politik”

Namun novel ini tidak hanya melulu mengulas tinjauan kritis terhadap HI. Kehidupan cinta asmara Bayu menjadi satu cerita yang tidak terlupakan bagi saya. Inilah yang menjadi selling point bagi novel ini ketika penulis novel dapat membungkus cerita cintanya dalam konteks ngomongin HI. Bayu bertemu Lana, yang kelak menjadi wanita pujaannya di sebuah seminar internasional di Jakarta. Setelah pertemuannya itu di Jakarta dilanjutkan dengan hubungan persahabatan melalui surat elektronik dan sms. Tokoh Bayu ini rupanya jago nge-gombal. Bagi yang ingin jadi jagoan gombal, cocok banget baca novel ini. Dalam bab virtual talk dan virtual dialog, dituliskan semua email-email Bayu dan Lana. Bab ini khusus buat yang bosan ngomongin HI.

Namun Bayu dilanda kebingungan. Pasalnya Bayu juga naksir berat dengan Primawati dan Rani. Disinilah Bayu harus memutuskan siapa yang akan menjadi pacarnya. Bayu menyukai Lana karena Lana enak diajak ngomong, nyambung ama Bayu tapi Lana tidak terlalu cantik untuk seukuran wanita sebayanya. Kurus, kulit coklat dan pendek. Lain halnya dengan Primawati, mahasiswi HI Bandung. Ia cantik dan tinggi, karakter yang diinginkan Bayu. Namun bayu tidak merasa cocok dengan Primawati. Lain halnya dengan Rani. bayu sempat berhubungan sangat dekat dengan Rani namun putus di tengah jalan karena Rani harus pindah ke kota lain.

Novel ini memang terobosan baru dalam dunia akademis hubungan internasional. Tidak hanya melalui buku, jurnal, blog atau media massa, novel pun dapat menjadi media dalam mengeluarkan ide dan gagasan mengenai hubungan internasional. Desing Kalbu punya nilai yang sangat kuat dalam menguggat nilai-nilai yang selama ini tertanam dalam sistem hubungan internasional. Konsep modernisme, hegemoni, kapitalisme digugat secara kritis oleh si Bayu ini. Tapi yang menjadikan novel ini lebih hebat adalah membungkus semua itu dalam kehidupan cinta Bayu yang lucu dan konyol. Ditambah dengan gombal-gombal Bayu yang lucu, ditambah lagi dengan sifat bayu yang agak sedikit porno. Novel ini memang layak untuk dibaca oleh komunitas HI. Penulis sendiri adalah bukan pencinta novel dan bukan keluarga penulis novel namun akhirnya penulis mengakui bahwa

novel ini layak mendapat dua jempol


Dua hal yang kurang dari novel ini adalah begitu banyak kosakata yang berasal dari bahasa Jawa. Seandainya saya adalah seorang Jawa, pasti novel ini akan lebih lucu lagi. Penulis pun merasa baru mengerti maksud penulis novel ketika di pertengahan novel. Mungkin bagi teman-teman yang baru membeli saya sarankan dapat langsung membaca ke bab dua atau tiga.

Buku ini sangat pantas untuk dibeli. Awalnya saya berpikiran novel ini cukup mahal (konteks keuangan mahasiswa) namun setelah membuka kemasan dan mendapat CD 2 band baru, saya menjadi tidak terlalu kecewa, apalagi sudah membaca novelnya. Lagunya juga bagus kok. Saya harus akui kehebatan Musa Maliki, penulis novel Desing Kalbu ini, dalam mengimajinasikan pemikirannya dalam novel ini. Saya jadi bertanya-tanya: apakah tokoh Bayu itu refleksi dari si Musa Maliki, penulis novel ini? Hanya Musa yang tahu jawabannya.

novel rahasia meede

Mengguncang Nurani, Mempesona Pribadi, MenDramatisasi Perasaan, Menggelorakan Jiwa, Menyinggung Harga Diri, Menelanjangi Informasi, dan Membentangkan Wawasan yang luar biasa dan tidak terduga. Begitulah yang terpikir dalam sel - sel otak dengan kadar akson, dendrit, dan sinaps yang makin berkurang di kepala saya. Ribuan sel dengan berbagai fungsi yang saling menunjang satu sama lain seharusnya dapat saya manfaatkan untuk berpikir, merasakan, dan mengambil keputusan - keputusan yang berguna bagi diri saya dan orang lain di sekitar saya. Namun, mungkin dikarenakan banyaknya sel-sel otak tersebut, telah membuat diri saya terlalu lama berpikir dan bertindak, berputar-putar dalam satu atau lebih informasi yang belum tentu bermanfaat sehingga lamban dan salah ketika mengambil keputusan. Seperti sebagian besar pemimpin di negeri ini.



Berbeda dengan ES ITO, ribuan sel otak tersebut mampu dioptimalkan untuk mengolah berbagai informasi yang berserakan dalam rimba teknologi dengan ‘grey area’-nya untuk menghasilkan sebuah karya. Sebuah novel yang meramu informasi sejarah yang membosankan, dari sudut pandang yang berbeda menjadi hiburan yang menarik untuk diikuti hingga akhir cerita.



Tokoh-tokoh dan setting yang tercipta dalam novel ini diperoleh setelah berkubang dalam lautan data dan ber-kontemplasi terhadap kondisi dan situasi yang saat ini sedang berlangsung di seputar kehidupan ES ITO. Kehidupan sebagai seorang mantan aktivis kampus, aktivis LSM, dan alumni SMA Taruna Nusantara membuat dirinya memiliki banyak teman dan jaringan informasi yang begitu luas sehingga paham dengan dunia militer, sosial, dan politik yang penuh intrik dan trik yang kejam tanpa memandang rasa kemanusiaan.





Di dalam novel terbarunya ini, ES ITO bercerita tentang perburuan harta karun Indonesia dan pernak-pernik persahabatan serta seluk beluk kegiatan intelejen di Indonesia. Pengakuan Kedaulatan Indonesia melalui Konferensi Meja Bundar yang dimulai pada 23 Agustus 1949 di DenHaag menyisakan sebuah rahasia sejumlah besar harta dari masa lalu ketika Indonesia masih dikendalikan VOC. Kabar tentang besarnya jumlah harta tersebut telah membuat banyak pihak memastikannya melalui berbagai macam kegiatan dengan kedok penelitian sejarah, penggalian arkeologis, pencarian kerabat, dan sebagainya mulai dari orang-orang yang berasal dari dalam negeri dan negara-negara lainnya terutama Belanda. Tokoh utama dalam perburuan harta karun ini, Batu Noah Gultom/Batu August Mendrofa dan Attar Malaka/Kalek merupakan 2 (dua) orang sahabat karib semenjak duduk di bangku Sekolah Menengah Atas Taruna Nusantara. Sebuah sekolah berasrama penuh dengan sistem semi militer yang diprakarsai oleh LB. Moerdani didirikan pada tahun 1990 untuk menciptakan kader-kader pemimpin Indonesia yang memiliki wawasan nusantara, wawasan kebangsaan dan wawasan kebudayaan di masa depan. Sekolah yang mengutamakan keseragaman baik dalam hal berpakaian, bertingkah laku, dan bertindak. Meniadakan berbagai macam penyelewengan meskipun sebatas pemikiran yang tidak sesuai dengan konsep Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kehidupan sehari-hari Batu dan Kalek di dalam Asrama dipenuhi dengan berbagai “kejahatan” karena tindakan mereka yang dianggap telah melanggar peraturan, yang tertulis maupun yang “dicari-cari”. Meskipun sebenarnya tindakan yang mereka lakukan tidaklah salah menurut prinsip yang mereka yakini.



Hukuman demi hukuman yang selalu mereka terima dalam keseharian mereka di dalam lingkungan sekolah berasrama penuh tersebut mulai dari push up, membersihkan kamar mandi di waktu malam, bahkan termasuk di dalamnya pengucilan tidak diikutsertakan dalam kegiatan kesiswaan, tidak membuat mereka patah arang dan kehilangan jatidiri. Sebaliknya, hal itu makin menguatkan ikatan persahabatan mereka dan meneguhkan semangat mereka untuk bertindak dan bertingkah laku sesuai prinsip yang mereka yakini. Melawan KetidakAdilan dan Kesewenang-Wenangan. Sebuah keberuntungan bila akhirnya mereka lulus dengan prestasi dan bukan menjadi bagian dari orang-orang yang membutuhkan terapi untuk mengembalikan kesadaran psikologis.

Setelah lulus dari SMA Taruna Nusantara, mereka mengambil jalan yang berbeda. Batu masuk ke Akademi Militer, termasuk lulusan terbaik kemudian masuk ke Komando Pasukan Khusus (Kopasus) Grup 3 Sandhi Yudha yang berkedudukan di Cijantung. Aktif dalam berbagai kegiatan intelejen dan dikenal di dunia intelejen Indonesia dengan nama sandi Lalat Merah. Sedangkan Kalek meneruskan pendidikan di Universitas Indonesia jurusan Ilmu Perpustakaan, aktif dalam berbagai diskusi mengenai perbaikan kondisi Indonesia selama masa kuliah, kemudian bekerja sebagai wartawan dan akhirnya namanya dikaitkan dengan sebuah gerakan yang melakukan terror terhadap kedaulatan Indonesia dengan Anarki Nusantara-nya.



Konflik puncak terjadi ketika Batu yang telah menerima doktrin untuk mempertahankan kedaulatan NKRI, menerima tugas dari salah seorang mantan pimpinannya di jajaran Angkatan Darat untuk menangkap Kalek yang telah menjadi sahabatnya sejak duduk di bangku SMA. Ribuan informasi diserap, ratusan lokasi diteliti, dan puluhan orang diinterogasi belum mampu menemukan keberadaan Kalek yang telah dinyatakan mati dalam sebuah kecelakaan. Hingga akhirnya ditemukan melalui kejadian yang tidak terduga di lokasi terpencil di suatu kepulauan yang indah diisi oleh orang-orang yang masih mengagungkan keramahan, tolong menolong, gotong royong dan tidak mudah menjatuhkan prasangka buruk kepada orang lain. Sebuah kondisi ideal dalam kehidupan bermasyarakat. Pergolakan Pemikiran dan Pertentangan batin terjadi pada diri Batu

novel little secrets

Judul Buku: Little Secrets
Penulis: Irine Ramon
Tebal: 210
Penerbit: PT Elex Media Komputindo (2007)

Buku bersampul hitam ini rasanya tidak terlalu menarik perhatian, tetapi ketika belia memerhatikan tulisan yang tercantum di depannya, hmm … rasanya jauh berbeda. “Dari seluruh rahasia Mama, aku tidak pernah berpikir bahwa biseksual adalah salah satunya. Kata itu bahkan tak pernah terlintas di benakku …” gitu katanya. Ya, lagi-lagi tema homoseksualitas. Namun kali ini, giliran si lurus yang bercerita …

Mody adalah perempuan di umur 25 yang bekerja sebagai sekretaris di sebuah perusahaan tekstil. Mody sudah lama ditinggal ayahnya yang meninggal dunia saat ia masih kecil. Sekarang Mody tinggal bersama ibunya, Dewi, dan kakak laki-lakinya, Mischa. Mody merasa hidupnya kurang menarik, terlebih sejak ia menemukan sebuah rahasia bahwa ibunya adalah seorang biseksual. Tapi, sebenarnya bukan hanya itu kejutan yang Mody dapatkan dari keluarga dan orang-orang terdekatnya.

Mody begitu terobsesi sekaligus terheran-heran dengan perilaku mamanya yang santai padahal memiliki rahasia hidup, yang bagi Mody bisa dibilang sangat besar. Mody pun menelusuri kehidupan kaum biseksual melalui buku, film, dan internet. Tapi, kerjaan Mody bukan hanya itu, ia juga sibuk menjodohkan kakaknya dengan Diana, teman baiknya. Di satu sisi, Mody juga tengah dekat dengan Ryan, seorang cowok yang divonisnya sebagai the perfect man.

Karena sebuah kejadian yang tidak disengaja, kata almost akhirnya diselipkan oleh Mody di antara kalimat “the perfect man”. Ya, Ryan bukan lagi si lelaki sempurna, melainkan hampir sempurna. Kenapa? Hmm, semua ini ada hubungannya dengan Mischa. Mody terombang-ambing dengan semua rahasia ini. Dia kebingungan. Kira-kira, Mody bisa enggak ya, menemukan pintu keluar dari semuanya ….

Irine Ramon menulis cerita dengan tema yang sedang hip ini dengan cara yang jauh berbeda dari Djenar Maesa Ayu, yang juga piawai bercerita dengan tema homoseksualitas. Dia menulis dari sudut pandang orang pertama yang kebetulan berorientasi straight. Beberapa hal yang biasa ditemui di kalangan straight dalam memandang kaum gay, bisa Belia temukan di sini. Seperti anggapan kalau setiap perempuan yang dilihat oleh lesbian pasti akan langsung mereka sukai. Novel ini mempunyai nilai istimewa bagi Belia. Karena “Little Secrets” memberitahu bagaimana cara pandang straight people terhadap fenomena orientasi yang “melenceng”. Plusnya, bahasa bertuturnya yang digunakan bikin betah membacanya. So I think, you better read it ASAP! ***

ayat-ayat cinta

Detail Novel
Judul: Ayat Ayat Cinta
ISBN: 979-3604-02-6
Penulis: Habiburrahman El Shirazy
Penerbit: Republika
Terbit: Desember 2004
Isi: 419 halaman




Bila buku/novel yang bertema agama biasanya terkesan kaku dan menggurui, cobalah nikmati novel "Ayat Ayat Cinta" ini, Anda akan terkejut karena Anda tidak akan mampu melepas buku ini dari genggaman Anda. Ceritanya begitu menyentuh dan mengalir seakan kita menjadi tokoh yang mengalami berbagai problema yang melilit sang tokoh. Dilatarbelakangi kota Cairo yang megah dan modern, Fahri, sang tokoh mengajak kita mendalami Islam dengan bahasanya yang menyejukkan dan mampu mengubah paradigma kita bahwa Islam janganlah dilihat dari orang atau negara Islamnya, tetapi lihatlah Islam dari ajarannya. Diselingi oleh kisah-kisah hubungan antar manusia yang digambarkan secara menarik dan utuh tanpa harus terasa vulgar.

Rabu, 13 Februari 2008

unek-unek

aLamakjang....

yeopo iki???
saia gag bisa melu PMDK prestasi di UNAIR???

masak Saia ambiL yang JaLur Umum??
wah wah Berat di biaya dunk??
tapi,,
kata orang klo mau sukses salah satunya emank "MODAL"

saia juga mengeLuh neh dengan peLajaran IPA yang saia tekunin sekarang di SMA..
huh,budrek guwa...
fisika
kimia
matematika
wah penuh angka tuh otak saia gara2 mereka..

tapi itu kan jg buat UNAS,,
gag boleh nyerah..
figt men!!!
saia pasti bisa...



VALDAY

wah wah besok valday neh...


ehm....
akirnya taon ini saia gag jomblo,jd saia gag sendirian lagi deh pas valday besok..
hehehe..


beibh.. gag kerasa kita sudah hampir 4 bulan bersama,meskipun hubungan kita pernah berakir di tengah jalan...
tapi,Tuhan telah mempersatukan kita kembali..

saia saiank kamuh beibh..